Dr. A. Zaenal Muttaqin Sofro, AIFM. Sport and Circ Med

1 Robi’ul Akhir 1443 / 6 November 2021



Dulu yang dikerjakan mahasiswa kedokteran, di depannya ada jantung katak, ditetesi acetyl colin akibatnya jantung menjadi tenang.
Jadi sebenarnya dzikir kita buahnya adalah ketenangan hati.

اَلَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوْبُهُمْ بِذِكْرِ اللّٰهِ ۗ اَ لَا بِذِكْرِ اللّٰهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوْبُ 

“yaitu orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram.” (QS. Ar-Ra’d 13: Ayat 28)

Kalau hati sudah tenang maka otak bisa bekerja dengan baik.

Dalam otak ada bagian yang namanya neo cortex untuk berfikir, untuk menimbang-nimbang, untuk merencanakan. Namun jangan lupa bahwa kita sering dikuasai oleh bagian otak berikutnya yaitu Limbic System sehingga emosi kita meledak- ledak. Sehingga orang mengistilahkan dengan sumbu pendek. Sumbu pendek ini karena acetyl colinnya asat atau kering. Yang terakhir adalah reptilian brain yang berhubungan dengan sistem pencernaan.

Inilah rahasia yang mestinya kita fahami. Inilah pentingnya kita tidak hanya mentadaburi Al Qur’an tetapi kita juga mempelajari tubuh kita.

وَفِيْۤ اَنْفُسِكُمْ ۗ اَفَلَا تُبْصِرُوْنَ

“dan juga pada dirimu sendiri. Maka apakah kamu tidak memperhatikan?”
(QS. Az-Zariyat 51: Ayat 21)

Kita kalau membaca Al Qur’an sering terlewati begitu saja. Padahal kalau kita gali perlu waktu sampai 40 tahun.

Acetyl colin merupakan getah-getah yang dikeluarkan oleh syaraf Para Sympathetic, bisa mempengaruhi otak sehingga otak ini bisa bekerja dengan baik. Itulah yang kita namakan Bottom-up dan Top-down. Kita ringkas dengan hubungan by-direction.

Yang menarik dari ayat Ali Imran 191 tadi :

الَّذِيْنَ يَذْكُرُوْنَ اللّٰهَ قِيَا مًا وَّقُعُوْدًا وَّعَلٰى جُنُوْبِهِمْ

“yaitu orang- orang yang mengingat Allah sambil berdiri, duduk, atau dalam keadaan berbaring…”
Diikuti dengan

وَيَتَفَكَّرُوْنَ فِيْ خَلْقِ السَّمٰوٰتِ وَا لْاَ رْضِ ۚ 

“dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi..”
Kemudian kesadaran spiritualnya muncul.

رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هٰذَا بَا طِلًا  ۚ سُبْحٰنَكَ فَقِنَا عَذَا بَ النَّا رِ

“seraya berkata , “Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau menciptakan semua ini sia-sia; Maha Suci Engkau, lindungilah kami dari azab neraka.”

Kata kuncinya adalah jantung.
Banyak orang berolahraga mengabaikan hal yang sangat prinsipiil. Mereka asal ke luar rumah, pakai sepatu olah raga. Padahal untuk memperoleh efek yang bermanfaat itu kita harus memperhatikan intensitas latihan.

Intensitas latihan bisa diukur diantaranya dengan memperhatikan, menghitung denyut jantung. Kalau kita tidak punya alatnya, kita cukup dengan menggunakan tongkes (tongkat kesehatan).

Biasakanlah kalau sedang di atas thread mill sambil bicara. Ketika bicara sudah terputus-putus kurangi kecepatan. Begitu juga kalau kita naik sepeda statis. Kalau kita bicara sudah putus-putus maka kurangi beban dengan kecepatan yang konstan.

Yang sering kita lupa, tubuh kita ini ketika bergerak, produksi panasnya jauh lebih banyak sehingga energy yang digunakan untuk bergerak hanya seper-empatnya. Inilah yang harus kita fahami jangan sampai olah raga kita justru menimbulkan bencana.

Banyak orang meninggal ketika main tennis, main badminton, bahkan main ping-pong. Kalau futsal ya lazim karena itu sangat berat. Kita harus perhatikan detak jantung ini yang senantiasa melayani , tetapi jangan dipaksa.

Maka kata kuncinya adalah : Intensitas.
Kalau olahraganya intensitasnya sedang, maka akan memperoleh manfaat dari olah raga. Tetapi kalau melampaui batas, maka yang terjadi adalah kerusakan di dalam jaringan tubuh kita, termasuk produsen energy lumpuh karena kebanjiran radikal bebas.

Kita sering mendengar anti oksidan – anti oksidan, itu sebenarnya untuk menjaga mitokondria. Tetapi kalau kita melakukannya semena-mena maka yang terjadi adalah kontra produktif.!

Kalau kita tinjau dari ilmu agama, mati itu sudah ajal. Tetapi kita perlu melihat ayat yang terkenal :

وَلِكُلِّ اُمَّةٍ اَجَلٌ ۚ فَاِ ذَا جَآءَ اَجَلُهُمْ لَا يَسْتَئۡخِرُوْنَ سَا عَةً وَّلَا يَسْتَقْدِمُوْنَ

“Dan setiap umat mempunyai ajal. Apabila ajalnya tiba, mereka tidak dapat meminta penundaan atau percepatan sesaat pun.” (QS. Al-A’raf 7: Ayat 34)

Tapi kita lupa bahwa dalam ayat yang lain di Surat Ali Imran disebutkan :

وَمَا كَا نَ لِنَفْسٍ اَنْ تَمُوْتَ اِلَّا بِاِ ذْنِ اللّٰهِ كِتٰبًا مُّؤَجَّلًا ۗ

“Dan setiap yang bernyawa tidak akan mati kecuali dengan izin Allah, sebagai ketetapan yang telah ditentukan waktunya..” (QS. Ali ‘Imran 3: Ayat 145)

Jadi semakin menarik kalau kita mau menggali Al Qur’an yang dinamis. Tidak sekedar dibaca, selesai. Dibaca, selesai , dihafal. Tetapi justru, ini harapan Nabi Ibrahim :

رَبَّنَا وَا بْعَثْ فِيْهِمْ رَسُوْلًا مِّنْهُمْ يَتْلُوْا عَلَيْهِمْ اٰيٰتِكَ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتٰبَ وَا لْحِكْمَةَ وَ يُزَكِّيْهِمْ ۗ …

“Ya Tuhan kami, utuslah di tengah mereka seorang rasul dari kalangan mereka sendiri yang akan membacakan kepada mereka ayat- ayat-Mu dan mengajarkan Kitab dan Hikmah kepada mereka dan menyucikan mereka….” (QS. Al-Baqarah 2: Ayat 129)

Kita mendorong masyarakat kita dari hanya membaca Al Qur’an, sampaikanlah pada Tazkiyatun Nafs sehingga kita bisa merasakan kehidupan bermasyarakat, berbangsa sebagaimana digambarkan Baldatun Thoyyibatun wa robbun ghafur.

Salah satu contoh, pengalaman kami waktu belajar di Austria, di sana pasien wajahnya bersenyum. Perawatnya tersenyum, apalagi dokternya. Saya disana dulu seminggu satu asrama sudah kumpul semua.

Karena keramah-tamahan merupakan barang yang langka disana.
Bila kita bertanya : “where do you live?”. Jawabnya : “I try to not say”.
“Are you married?”-“I try to not say”.
Pertanyaan-pertanyaan bersifat pribadi dijawab “I try to not say”.
Itu malah diajarkan disana, waktu saya belajar bahasa Inggris.
Akibatnya mereka haus akan keramah-tamahan.

Beda ketika saya ada disana, pasien minta saya yang memeriksa. Jadi pendekatan terhadap pasien itu perlu. Pendekatan yang bersifat coregulation, resiprocal. Bahkan komunikasinya disebut dengan Dyadic Communication, mempertemukan Vagus dengan Vagus.

Itu di negara orang. Biasanya kita kalau di negaranya orang merasa minder karena kita dari negara berkembang, tak punya apa-apa.
Jangan salah. Kita ingat
Allah SWT berfirman:

ضُرِبَتْ عَلَيْهِمُ الذِّلَّةُ اَيْنَ مَا ثُقِفُوْۤا اِلَّا بِحَبْلٍ مِّنَ اللّٰهِ وَحَبْلٍ مِّنَ النَّا سِ

“Mereka diliputi kehinaan di mana saja mereka berada, kecuali jika mereka berpegang pada tali agama Allah dan tali perjanjian dengan manusia..”
(QS. Ali ‘Imran 3: Ayat 112)

Disana pasien tidak sekedar diperlakukan sebagaimana biasa. Mereka diteliti Physical work capacity-nya. In syaa Allah disini tidak ada penelitian seperti ini. Kita ini sibuk dengan politik terus sehingga kajian- kajian keilmuan masih tertinggal jauh.

Dengan penelitian itu didapatkan tabel. Dalam tabel itu orang bisa diketahui, dengan usia yang dicatat, jenis kelamin, berat badan, tinggi badan. Mestinya dia punya physical work capacity yang sesuai dengan tabel. Itu di negara maju, mereka itu kalau belajar sangat detail.

Sementara kita belum, padahal Al Qur’an sudah berkali-kali mengingatkan :

اِنَّ اللّٰهَ خَبِيْرٌ بِۢمَا تَعْمَلُوْنَ

“Sungguh, Allah Maha Mengetahui terhadap apa yang kamu kerjakan.”
(QS. Al-Hasyr 59: Ayat 18)

Allah itu sangat detail.
Apa sih yang tidak kita datangkan dari luar negeri ? Sampai sekarang vaksin juga masih import, apakah kita tidak bisa buat sendiri?

Padahal sudah sangat jelas Allah SWT berfirman:

يٰۤاَ يُّهَا النَّا سُ اِنَّا خَلَقْنٰكُمْ مِّنْ ذَكَرٍ وَّاُنْثٰى وَجَعَلْنٰكُمْ شُعُوْبًا وَّقَبَآئِلَ لِتَعَا رَفُوْا ۗ اِنَّ اَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللّٰهِ اَ تْقٰٮكُمْ ۗ اِنَّ اللّٰهَ عَلِيْمٌ خَبِيْرٌ

“Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal.” (QS. Al-Hujurat 49: Ayat 13)

Termasuk kami belajar sampai ke Eropa, kita tidak hanya sebagai manusia Indonesia.
Kita sudah diajarkan ketika berhaji :

لِّيَشْهَدُوْا مَنَا فِعَ لَهُمْ
“agar mereka menyaksikan berbagai manfaat untuk mereka…” (QS. Al-Hajj 22: Ayat 28)

Kita disini ada kebiasaan habis Haji ada Pengajian yang rutin yang lama-lama anggotanya menurun karena sudah banyak yang “labaik”nya dalam arti yang sesungguhnya.

Ini adalah salah satu contoh bahwa sebetulnya semuanya bisa diukur.
Allah SWT berfirman:

وَلِلّٰهِ مُلْكُ السَّمٰوٰتِ وَا لْاَ رْضِ ۗ وَا للّٰهُ عَلٰى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ

“Dan milik Allah-lah kerajaan langit dan bumi; dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (QS. Ali ‘Imran 3: Ayat 189)


Diagnose Schema Nach Thulesius

Apa yang membuat tubuh kita seimbang ? Ada kotak yang disebut dengan Zona normal. Ini sangat sesuai untuk kondisi pandemi ini dimana kita menghadapi New Normal, dimana kita harus pakai masker, harus cuci tangan.

Ketika kita menghadapi situasi New Normal sebaiknya kita senantiasa berada di Zona normal. Zona normal bisa kita peroleh ketika kita bangkit dari posisi tidur agar tekanan darahnya tidak melenceng.

Selama ini kita hanya kenal mengukur tekanan darah. Ternyata tekanan darah waktu berbaring dan berdiri itu tidak sama. Kalau selisihnya melebihi 10 untuk tekanan Sistolik berarti tidak normal. Begitu pula bila Heart rate-nya melebihi 20 ketika berdiri dibandingkan dengan berbaring, itu berarti tidak normal.

Menghadapi New Normal itu sangat ditentukan oleh Tekanan darah.
Sehingga dalam surat Yasin itu sangat jelas :

اَلْيَوْمَ نَخْتِمُ عَلٰۤى اَفْوَاهِهِمْ وَتُكَلِّمُنَاۤ اَيْدِيْهِمْ وَتَشْهَدُ اَرْجُلُهُمْ بِمَا كَا نُوْا يَكْسِبُوْنَ

“Pada hari ini Kami tutup mulut mereka; tangan mereka akan berkata kepada Kami dan kaki mereka akan memberi kesaksian terhadap apa yang dahulu mereka kerjakan.” (QS. Ya-Sin 36: Ayat 65)

Dalam keadaan berdiri, mulutnya dikunci, tangannya yang berbicara.
Lihat itu bagaimana tekanan darahnya, detak jantungnya dan sebagainya.

Seperti yang kami sampaikan di depan bahwa yang menjadi keseimbangan kita adalah New Vagus. Sementara kita ini kenalnya cuma New Avanza, New All Vios – model model baru mobil semua diketahui.

Seperti almarhumah yang kemarin kecelakaan di jalan Tol Jatim kemarin, waktu membeli mobil baru luar biasa cerianya.

Ternyata terbukti apa yang dikatakan Al Qur’an :

مَا عِنْدَكُمْ يَنْفَدُ وَمَا عِنْدَ اللّٰهِ بَا قٍ ۗ 

“Apa yang ada di sisimu akan lenyap, dan apa yang ada di sisi Allah adalah kekal..” (QS. An-Nahl 16: Ayat 96)

Ketika di dalam perjalanan, almarhumah masih memposting : “Ada yang bisa tebak aku mau kemana?”
Subhanallah …
Inilah perlunya kita senantiasa berdzikir. Apalagi ketika kita naik kendaraan, jangan lupa do’a :

“Subhaanalladzii sakkhara lanaa hadza wama kunna lahu muqriniin wa-inna ilaa rabbina lamunqalibuun”.
(Maha suci Allah yang telah menundukkan untuk kami kendaraan ini. Padahal, sebelumnya kami tidak mampu untuk menguasainya, dan hanya kepada-Mu lah kami akan kembali).

Jangan sekali-sekali lepas dari Allah apalagi di jalan Tol.
– Diminta kecepatan 80 km.
– Tetapi dia merasa kendaraan Pajero 150 km- masih stabil, bagaimana?
Subhanallah, ini kurang faham terhadap ayat-ayat yang sudah ditampilkan oleh Pengelola Jalan Raya
“Harap dikurangi kecepatannya”.
“Lho ini Pajero -kok, gak apa-apa, stabil jalannya ….!
Padahal kalau di Kalimantan, Pajero itu mobil biasa saja. Jadi kita harus faham betul, di jalan Tol itu harus hati-hati.

Kesehatan kita ini bertumpu pada balancing

Kalau kita service kendaraan di Toyota misalnya, rodanya akan dibalancing.
Lalu kenapa tubuh kita sendiri tidak dibalancing? Ketika service mobil kita cuma menunggu nanti habis berapa ini service-nya? Dengan begitu jantung kita malah tidak balance syaraf Symphatisnya.

Sudah terlanjur beli mobil mewah, tapi ketika service dan kemudian melihat tagihannya , malah jantungnya berdebar.

Ini cerita teman saya, beli Mercy baru 3 bulan sudah dilego dengan harga 50% akibat servicenya mahal. Kalau onderdilnya rusak juga mahal.
Jangan sampai apa-apa yang di sekitar kita malah mengganggu balancing.

Siapa yang menjaga ini?
Itu yang namanya Vagus Nerve atau New Vagus. Mengapa dinamakan New Vagus karena manusia itu diciptakan belakangan. Yang Old Vagus adalah Reptil. Dia kerjanya cuma tidur, ngantuk. Kalau reptil, buaya itu kepalanya besar dan matanya kecil, sehingga tidak gampang ngantuk.

Manusia sudah otaknya besar, kepalanya kecil sehingga ngantukan. Maka kalau ada dokter yang hadir di Pengajian kelihatannya diam, dengan khusyuk kepalanya “tekhlak -tekhluk” itu namanya ngantuk, bukan khusyuk.


Fight or Flight, Menyerang atau Lari ketakutan

Keseimbangan yang harus kita jaga. Kalau tubuh kita balance yang muncul adalah compassion (kasih sayang).

Allah SWT berfirman:

قُلْ هُوَ الرَّحْمٰنُ اٰمَنَّا بِهٖ وَعَلَيْهِ تَوَكَّلْنَا ۚ فَسَتَعْلَمُوْنَ مَنْ هُوَ فِيْ ضَلٰلٍ مُّبِيْنٍ

“Katakanlah, “Dialah Yang Maha Pengasih, kami beriman kepada-Nya dan kepada-Nya kami bertawakal. Maka kelak kamu akan tahu siapa yang berada dalam kesesatan yang nyata.””
(QS. Al-Mulk 67: Ayat 29)

Kenapa orang yang beriman itu menjadi tenang? Karena aman dan tawakal. Ini kunci kesehatan, sehingga dianjurkan kalau setiap mau tidur membaca Surat Al Mulk sampai ayat 30 :

قُلْ اَرَءَيْتُمْ اِنْ اَصْبَحَ مَآ ؤُكُمْ غَوْرًا فَمَنْ يَّأْتِيْكُمْ بِمَآءٍ مَّعِيْنٍ

“Katakanlah (Muhammad), “Terangkanlah kepadaku jika sumber air kamu menjadi kering; maka siapa yang akan memberimu air yang mengalir?”” (QS. Al-Mulk 67: Ayat 30)

Kesehatan itu bertumpu pada dua hal :
– Regulations
– Pastikan bahwa cairan extra cel kita dalam kondisi steady state atau homeostatis.

Bila terjadi stress dalam keseharian, maka tubuh menjadi rentan terhadap serangan Covid-19.
Stress ini kita labeli dengan Fight (menyerang) atau Flight (lari ketakutan).

Ini fenomena yang sangat khas bagi mereka yang diisolasi di rumah sakit.
Sudah tidak boleh ditunggu, tidurnya terganggu terus, dibayang-bayangi oleh Malaikat Izroil kalau kita tidak mencapai keseimbangan yang baik.
Adanya cuma gelisah, takut, marah.

Virusnya tidak kelihatan, tetapi bisa memporak-porandakan integritas tubuh kita. Sehingga pengajian ini menjadi sangat menarik, tentunya supaya kita bisa menghadapi kondisi apapun di luar kita.

Jaminannya adalah mempertahankan kondisi cairan extra cel dan regulasi yang baik, jangan sampai kita mengalami disregulations.

Bagaimana cara untuk mengatasi semua itu?

Tubuh kita hanya menguasai dua hal yang sangat sederhana. Yang satu stimulus dan yang kedua adalah bagaimana kita merespond.

Di dalam Surat Fussilat ayat 30 Allah SWT berfirman:

اِنَّ الَّذِيْنَ قَا لُوْا رَبُّنَا اللّٰهُ ثُمَّ اسْتَقَا مُوْا تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ الْمَلٰٓئِكَةُ اَ لَّا تَخَا فُوْا وَلَا تَحْزَنُوْا وَاَ بْشِرُوْا بِا لْجَـنَّةِ الَّتِيْ كُنْتُمْ تُوْعَدُوْنَ

“Sesungguhnya orang-orang yang berkata, “Tuhan kami adalah Allah” kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka maka malaikat- malaikat akan turun kepada mereka dengan berkata, “Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu bersedih hati; dan bergembiralah kamu dengan surga yang telah dijanjikan kepadamu.””(QS. Fussilat 41: Ayat 30)

Ayat ini penting sekali, kita perlu memiliki jaminan. Yang melindungi kita adalah Allah itu sendiri.

Allah SWT berfirman:

اَللّٰهُ وَلِيُّ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا يُخْرِجُهُمْ مِّنَ الظُّلُمٰتِ اِلَى النُّوْرِ ۗ وَا لَّذِيْنَ كَفَرُوْۤا اَوْلِيٰۤــئُهُمُ الطَّا غُوْتُ ۙ يُخْرِجُوْنَهُمْ مِّنَ النُّوْرِ اِلَى الظُّلُمٰتِ ۗ اُولٰٓئِكَ اَصْحٰبُ النَّا رِ ۚ 

“Allah Pelindung orang yang beriman. Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan kepada cahaya (iman). Dan orang-orang yang kafir, pelindung-pelindungnya adalah setan, yang mengeluarkan mereka dari cahaya kepada kegelapan …”
(QS. Al-Baqarah 2: Ayat 257)


Phisiological State Colors Our Perception

Kata kuncinya adalah : Bagaimana kita merespond lingkungan.
Kalau kita merespond lingkungan dengan warna kuning yang merupakan simbul Fight or Flight atau Stress maka yang terjadi adalah gangguan kesehatan kita.
Lebih-lebih kalau kita merespond dengan warna merah atau Shutdown, ini sudah menunjukkan adanya disregulations.

Padahal kalau kita pelajari, sederhana. Asal-usulnya adalah air! Kalau kita kurang minum, keseimbangan mudah sekali terganggu. Sehingga Al Qur’an sebetulnya “identik” dengan air juga.

Allah SWT berfirman:

وَنُنَزِّلُ مِنَ الْـقُرْاٰ نِ مَا هُوَ شِفَآءٌ وَّرَحْمَةٌ لِّـلْمُؤْمِنِيْنَ ۙ 

“Dan Kami turunkan dari Al-Qur’an yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang yang beriman.” – (QS. Al-Isra’ 17: Ayat 82)

Al Qur’an diturunkan sampai ke dalam hati kita untuk menumbuhkan kehidupan di dalam hati kita.
Sehingga Allah SWT menegaskan :

 وَا عْلَمُوْۤا اَنَّ اللّٰهَ يَحُوْلُ بَيْنَ الْمَرْءِ وَقَلْبِهٖ

“.dan ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah membatasi antara manusia dan hatinya.” (QS. Al-Anfal 8: Ayat 24)

In syaa Allah sebagaimana di pengajian ini ,jamaah begitu semangat mengikuti, hadir mencermati dan mencari hikmah.

Banyak pengajian penekanannya hanya pada evaluatif, menilai pembicaranya, bukan isinya. Umumnya masyarakat kita lebih bersifat evaluatif dari pada mencari hikmah. Padahal evaluatif itu levelnya ada di warna kuning (Fight or Flight)

Kalau orang itu sukanya menilai orang disebutkan dalam Surat Al Hujurat :

يٰۤـاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اجْتَنِبُوْا كَثِيْرًا مِّنَ الظَّنِّ ۖ اِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ اِثْمٌ وَّلَا تَجَسَّسُوْا وَلَا يَغْتَبْ بَّعْضُكُمْ بَعْضًا ۗ اَ يُحِبُّ اَحَدُكُمْ اَنْ يَّأْكُلَ لَحْمَ اَخِيْهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوْهُ ۗ ..

“Wahai orang-orang yang beriman! Jauhilah banyak dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa, dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain, dan janganlah ada di antara kamu yang menggunjing sebagian yang lain. Apakah ada di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Tentu kamu merasa jijik…” (QS. Al-Hujurat 49: Ayat 12)

Itu levelnya di kuning (Fight or Flight).
Tetapi kalau kita datang ke Pengajian dengan rendah hati, pasang telinga mengikuti dengan baik, in syaa Allah akan lebih banyak manfaatnya.

Masyarakat kita cenderung suka menilai saja, nanti akhirnya mengolok- olok. Padalah di dalam Surat Al Hujurat sangat jelas :

يٰۤاَ يُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَا يَسْخَرْ قَوْمٌ مِّنْ قَوْمٍ عَسٰۤى اَنْ يَّكُوْنُوْا خَيْرًا مِّنْهُمْ وَلَا نِسَآءٌ مِّنْ نِّسَآءٍ عَسٰۤى اَنْ يَّكُنَّ خَيْرًا مِّنْهُنَّ ۚ وَلَا تَلْمِزُوْۤا اَنْفُسَكُمْ وَلَا تَنَا بَزُوْا بِا لْاَ لْقَا بِ ۗ بِئْسَ الِا سْمُ الْفُسُوْقُ بَعْدَ الْاِ يْمَا نِ ۚ وَمَنْ لَّمْ يَتُبْ فَاُ ولٰٓئِكَ هُمُ الظّٰلِمُوْنَ

“Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain, boleh jadi mereka yang diolok-olok lebih baik dari mereka yang mengolok-olok, dan jangan pula perempuan-perempuan mengolok-olok perempuan lain, boleh jadi perempuan yang diolok-olok lebih baik dari perempuan yang mengolok- olok. Janganlah kamu saling mencela satu sama lain, dan janganlah saling memanggil dengan gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruk panggilan adalah panggilan yang buruk setelah beriman. Dan barang siapa tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim.” (QS. Al-Hujurat 49: Ayat 11)

Saya pernah ketemu KH Mustofa Bisri, saya sampaikan kita ini bicara akhlak mestinya menyinggung Surat Al Hujurat. Namanya saja Suratul Akhlak sehingga Pak Kiyai di YouTube sering meminta agar Surat Al Hujurat dimasyarakatkan.

Karena bagaimana masyarakat Indonesia bisa aman, tenteram, damai kalau Surat Al Hujurat nya tidak disebut? Apalagi sekarang ini Era Hoax.

Allah SWT berfirman:

يٰۤاَ يُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْۤا اِنْ جَآءَكُمْ فَا سِقٌ   بِۢنَبَاٍ فَتَبَيَّنُوْۤا اَنْ تُصِيْبُوْا قَوْمًا   بِۢجَهَا لَةٍ فَتُصْبِحُوْا عَلٰى مَا فَعَلْتُمْ نٰدِمِيْنَ

“Wahai orang-orang yang beriman! Jika seseorang yang fasik datang kepadamu membawa suatu berita, maka telitilah kebenarannya, agar kamu tidak mencelakakan suatu kaum karena kebodohan, yang akhirnya kamu menyesali perbuatanmu itu.” (QS. Al-Hujurat 49: Ayat 6)

Ayat-ayatnya jelas sekali. Bisa tidak kita mengamalkan?
Maka dalam doa yang sering kita panjatkan :

“Robbi zidnii ‘ilman Warzuqnii fahmaa, Waj’alnii minash-shoolihiin.”
(Ya Allah, tambahkanlah aku ilmu serta berilah aku kemampuan untuk memahaminya, serta jadikanlah aku termasuk golongan dari hamba-Mu yang sholeh).

“Allahumma arinal haqqa haqqa warzuqnattiba’ah, wa arinal bathila bathila warzuqnajtinabah”
(Ya Allah, tampakkanlah kepadaku kebenaran sebagai kebenaran dan kuatkanlah aku untuk mengikutinya serta tampakkanlah kepadaku kesalahan sebagai kesalahan dan kuatkan pula untuk menyingkirkannya)

Ini waktu TK dan SD selalu mengawali ,mengakhiri kita waktu belajar. Mestinya ketika kita dewasa sudah merenungkan mentadaburi, bisa menjadi amunisi yang kuat sekali untuk menjaga kehidupan ini :
“Ya Allah tunjukkan saya yang benar”
“Berikan saya kemampuan untuk mengikuti”.
Ini adalah do’a yang luar biasa. Saya kira semuanya sudah hafal. Kita tinggal mengamalkan.

Jadi konsep kesehatan itu sederhana. Maka patut kita pelajari.
Alhamdulillah di pagi hari ini kita dipertemukan. Ternyata kalau kita merespond lingkungan itu dengan Fight or Flight berarti kita tanpa sadar sudah memasuki wilayah tidak sehat.

Mestinya kita berada di warna hijau (steady state), menghadapi lingkungan apapun, dengan istiqomah tentunya kita akan merespond dengan baik, bukan dengan ketakutan :

“Waduh masa pandemi ini kapan berakhir?”
“Sudah divaksin kok bisa kena?”
“Wah ada lagi gelombang ke tiga”

Ini semua membuat panik, apalagi kita menghadapi Tahun Baru.
Manusia itu mudah lengah, mudah bangga. Lupa terhadap Surat Al Hadid ayat 22 dan 23 :

مَاۤ اَصَا بَ مِنْ مُّصِيْبَةٍ فِى الْاَ رْضِ وَلَا فِيْۤ اَنْفُسِكُمْ اِلَّا فِيْ كِتٰبٍ مِّنْ قَبْلِ اَنْ نَّبْـرَاَ هَا ۗ اِنَّ ذٰلِكَ عَلَى اللّٰهِ يَسِيْرٌ (22) لِّـكَيْلَا تَأْسَوْا عَلٰى مَا فَا تَكُمْ وَلَا تَفْرَحُوْا بِمَاۤ اٰتٰٮكُمْ ۗ وَا للّٰهُ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَا لٍ فَخُوْرِ (23)

“Setiap bencana yang menimpa di bumi dan yang menimpa dirimu sendiri, semuanya telah tertulis dalam Kitab Lauh Mahfuz sebelum Kami mewujudkannya. Sungguh, yang demikian itu mudah bagi Allah.
Agar kamu tidak bersedih hati terhadap apa yang luput dari kamu, dan tidak pula terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong dan membanggakan diri,” (QS. Al-Hadid 57: Ayat 22-23)

Kita sering lupa diri, berusahalah untuk istiqomah. Ketika kita kehilangan sesuatu kita tidak kecewa. Ketika kita mendapatkan anugerah kita juga tidak terlalu gembira.
Inilah kunci supaya kita senantiasa di New Vagus sehingga menghadapi New Normal kita tidak mudah untuk diserang Covid jenis manapun juga.

Respondlah lingkungan dengan Cool. Sebagaimana pesan Gus Dur : “Begitu saja kok repot”.

Pesan yang lain, biasanya setelah sadar olah raga biasanya kita langsung berolahraga. Namun olah raganya berlebihan.
Olah raga yang berlebihan itu melumpuhkan imun system. Sama saja kalau kita tidak rajin berolahraga.

Yang bagus adalah berolahraga yang sedang-sedang saja. Tidak terlalu lelah. Prinsipnya : Frekuensi, Intensity, Time and Type. Sasaran tembak kita adalah bagaimana kita mampu mempertahankan kondisi homeostatis atau steady state.

Itu kuncinya adalah : Memelihara fungsi New Vagus dengan bagus supaya kita bisa hidup di New Normal.

Salah satu contoh, kalau kita membaca Surat Al Mulk ayat 30 :

قُلْ اَرَءَيْتُمْ اِنْ اَصْبَحَ مَآ ؤُكُمْ غَوْرًا فَمَنْ يَّأْتِيْكُمْ بِمَآءٍ مَّعِيْنٍ

“Katakanlah Muhammad , “Terangkanlah kepadaku jika sumber air kamu menjadi kering; maka siapa yang akan memberimu air yang mengalir?”” (QS. Al-Mulk 67: Ayat 30)

Tubuh kita ini mayoritas adalah air, kira-kira 30-50%, untuk wanita sedikit lebih kurang dibandingkan laki-laki karena banyak kandungan lemak.
Tubuh kita ini cairannya dibagi menjadi 3 kompartemen :
– Intra Cell Fluid yang tidak boleh sedikitpun berkurang ataupun bertambah. Harus tetap.
– Extra Cell Fluid
– Plasma

Pada Plasma ada ruang kosong yang sering kali dialami oleh tubuh kita dalam bentuk dehidrasi. Maka kita harus senantiasa memperhatikan masalah ini, karena ketika kita memberikan ruang kosong di daerah Plasma maka yang terjadi adalah kenaikan syaraf Symphatis. Sehingga yang terjadi adalah kerusakan dimana-mana. Termasuk pemicu hypertensi.

Kita sama sekali tidak pernah menyadari bahwa kesehatan kita ini bertumpu pada cairan Extracell.
Sehingga ada orang yang faham berterima kasih, tetapi tidak berterima kasih kepada Allah, tapi pada ADH (Anti Diuretic Hormon) yang menghambat pengeluaran air seni. Kalau air seni berwarna kuning berarti ADH sudah bekerja.

Betapa hebatnya tubuh kita dalam mempertahankan tubuh supaya tetap survive. Allah melengkapi mekanisme perlindungan yang luar biasa. Diantaranya adalah munculnya ADH sehingga kita tidak boros membuang air tubuh ketika tubuh dalam keadaan dehidrasi.

Lebih-lebih ketika kita olah raga, fikirkan apakah 2-3 jam sebelum olah raga kita sudah minum? 30 menit sebelum olah raga sudah minum? Ataukah 15 menit sebelum olah raga kita sudah minum?
Ini yang banyak diabaikan. Kita lebih banyak fokus minum setelah olah raga. Ini berbahaya sekali. Ini adalah ayat-ayat kauniah yang jarang diperhatikan orang.

Apalagi kalau kita melihat komposisi airnya. Itu adalah isotonik. Air tubuh kita ini tidak semata-mata air. Perhatikan kalau di rumah sakit apakah ada air sumur dimasukkan ke dalam botol infus kemudian disuntikkan? Tidak ada itu! Semuanya itu diukur secara detail.
Dan pengetahuan kita dalam hal ini juga masih dipertanyakan.

Yang membuat infus siapa?
Inilah pengetahuan, ayat-ayat kauniah harus sungguh-sungguh dipelajari.
Cairan isotonic misalnya ditentukan normal saline 0.9% Na Cl.
Inilah yang menjamin persahabatan air yang dari luar yang kita masukkan ke dalam Plasma.
Subhanallah, orang sampai berhitung sedemikian detailnya.

Salah satu contoh yang banyak dialami oleh Lansia
– sudah kekurangan air.
– beresiko terjadinya jatuh.
Orang tua itu yang saya teliti, rasa hausnya sudah tidak peka. Maka yang harus kita perhatikan adalah lingkungan di sekitarnya.

Anak-anaknya, cucunya jangan banyak tanya : “Mbah sudah minum belum?” Langsung saja siapkan air minumnya.

Hati-hati, gara-gara dehidrasi, orang tua berdiri tidak tegak, jatuh menyangga, lengannya patah.
Subhanallah.
Berapa biayanya ? kasian BPJS.
Hanya masalah yang sepele penyebabnya : Lupa minum!

Ini salah satu catatan buat kita bahwa kesehatan itu butuh regulasi dan air tubuh. Air tubuh yang dimaksud adalah cairan extracell.

Semoga bermanfaat
Barokallohu fikum

#SAK





LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here